Napas Panjang Goenawan Mohamad

 


Beberapa hari yang lalu, saya dikagetkan dengan postingan salah seorang penulis senior Indonesia. Dalam tweetnya ia mengungkapkan akan berhenti menulis rubrik yang selama 46 tahun selalu dibaca dan dinanti setiap pekannya oleh banyak orang. Ia akan berhenti menulis Catatan Pinggir (Caping) di Majalah yang ia dirikan sendiri; Tempo.

Saya sendiri tidak pernah membaca Caping itu di majalah fisiknya secara langsung. Karena memang di daerah sekitar tidak banyak orang berlangganan Tempo. Persis, saya mengenal tulisan Pak Goenawan Muhammad adalah dari buku Catatan Pinggir; kompilasi tulisannya di Majalah Tempo yang dibukukan. Dari ratusan tulisan itu telah dibukukan sebanyak kalau tidak salah 11 jilid. 

Saya membaca itu dulu ketika masih aktif menjadi sesuatu di Perpustakaan. Itupun tidak semua tulisan saya baca. Tulisan-tulisan yang saya anggap berat saya skip. Sebab, bagi saya dulu yang masih kosong otaknya, membaca tulisan yang penuh dengan istilah-istilah asing dan kutipan tokoh yang berat membuat saya angkat tangan. 

Sayang sekali, ketika kemarin saya kembali ke perpustakaan untuk sekedar membaca lagi buku itu sudah tidak di tempat. Entah sedang dipinjam atau dibaca orang. 

Bagi yang pernah membaca tulisan pak Goenawan Mohamad pasti paham. Setiap tulisannya penuh dengan kutipan tokoh-tokoh yang hampir tidak saya kenali. Hampir semua topik tulisan mungkin ada di Catatan Pinggir. Mulai filsafat, film, buku, politik, semua serba ada.

Biasanya orang yang menulis di banyak topik akan menulis dengan data yang umum, tidak terlalu dalam. Namun pak Gun beda, semua topik tampaknya mudah saja baginya. Ditambah gaya reflektif di setiap tulisannya membuat siapapun yang membaca akan menggelengkan kepala. 

Bagi saya  pak Goenawan Mohamad adalah penulis yang mempunyai nafas panjang. Energinya kuat. Bisa anda bayangkan selama 46 tahun menulis rutin sepekan sekali dengan tulisan yang dalam tentu tidak semua orang bisa melakukannya. 

Kabarnya kini rubrik Catatan Pinggir itu akan tetap ada tetapi berganti nama menjadi ‘Marginalia’ dan diisi oleh 10 penulis muda. 

Yah semoga tidak hanya pak Goenawan Mohamad yang mempunyai nafas panjang dalam menulis, tapi juga kita.




Posting Komentar

0 Komentar