(Bukan) Sebuah Obituari: Bapak, Syekh Ali Jaber dan Cinta yang Tak Pernah Usai


Ternyata menulis obituari untuk bapak, adalah hal yang cukup sulit bagi saya. Berulang kali saya mencoba, tapi tak sekalipun saya menyelesaikannya. Begitu banyak kenangan yang terlintas di kepala. namun sejurus itu pula, tangan saya seakan kaku. Enggan menuliskannya. Beberapa kali sudah kucoba mengumpulkan tekad yang cukup kuat, tangan pun sudah saya lobi dan paksa untuk menuliskannya. Justru seluruh bayangan itu runtuh bersama air mata. Mata saya buram, pikiran saya kembali kacau tak terkira. 

.

lagi-lagi saya gagal menulisnya. 

.

Bertambah pula draft-draft tulisan di note hape yang tak selesai dengan sempurna.

Mungkin saya salah jika hendak menulis obituari. Karena, obituari biasannya ditulis untuk menulis kematian seseorang. Sedangkan bagi saya bapak akan selalu ‘hidup’. Namun tidak dengan makna sesungguhnya. Karena bagi saya kehadiran bapak sebagai kenangan, sebagai tokoh yang berpengaruh dalam hidup saya, sebagai sosok yang meneguhkan, sumber inspirasi dalam menjalani kehidupan adalah ‘kehidupannya’ yang lain setelah kematianya. 

.

Saya sendiri sudah mengikhlaskan kepergian bapak, jauh sebelum semua orang-orang mengatakan ikhlas. Namun, ikhlas juga berarti merelakan sebagian dari diri saya luruh. Karena diakui atau tidak, peran orang tua/bapak dalam kehidupan siapapun adalah sebagian dari kehidupan itu sendiri. tak terkecuali saya. 

.

Ketika bapak pergi, itu berarti sebagian dari diri saya hilang. 

.

Dengan menulis dan menghadirkan sebagian dari fragmen-fragmen kehidupan bapak. Mungkin Itu adalah salah satu cara mengembalikan sebagian hidup saya. Juga sebagai upaya ‘menghidupkan’ lagi bapak dengan bentuknya lain. Dan oretan ini adalah sebuah jalan menuju kesana. Sebuah usaha merawat kenangan yang tersisa.

.

Berikut catatan awal saya, yang saya tulis beberapa hari sebelum kepergian bapak. Namun, belum sempat menyelesaikannya. Dan insyaAllah akan saya selesaikan saat ini. Beberapa tulisan lain juga kalau ada waktu akan kurampungkan -kalau sempat juga akan saya publikasikan.

.

***

.

Pagi itu bapak terlihat sumringah. Pancaran kebahagiaan membias diantara senyumnya. Sesekali mulutnya ikut bergerak. Menirukan bacaan al-Quran yang dibaca sesosok mungil di balik layar hp yang dibawa ibu. Walaupun tak sepenuhnya bisa menirukan apa yang dibaca, namun itu sudah cukup menyajikan kebahagiaan tak terkira bagi bapak saat itu. Sosok yang dimaksud tak lain adalah cucu ketiganya. Yasmin Muzakki, keponakan saya.

 .

Begitulah ibu menceritakan kali terakhir bapak berinteraksi dengan sang cucu. Dan kali terakhir pula sebelum kondisinya drop. (Selasa, 12 Februari 2021).

.

Mendengar cerita ibu tersebut, ditambah dengan tersiarnya kabar duka meninggalnya Syekh Ali Jaber (Kamis,14 Januari 2021). Pikiran saya bereaksi. Mengaitkan satu hal dengan yang lain. Kemudian mencoba menggali lebih jauh ingatan-ingatan lama mengenai bapak. Kenangan, peristiwa dan berbagai ingatan masa lalu yang dapat saya .
Tak berselang lama saya memperoleh kesimpulan. Sejurus itupula saya menangis dalam hati.

.

Kenapa? Syekh Ali Jaber adalah salah satu tokoh yang dicintai bapak. Itulah cita-cita bapak yang tak bisa kutunaikan. Dan itulah salah satu fragmen dalam hidup saya gagal membuatnya bangga. Bapak ingin punya anak yang menghafal Al-Quran. Setidaknya hal ini menurut  penafsiran dan kesimpulan saya sendiri. Bapak sendiri tidak pernah secara sarih atau verbal mengatakan bahwa kamu harus menghafalkan. Tidak pernah.

.

Selama hidupnya memang bapak selalu demokratis mengenai urusan anaknya. Tidak pernah beliau memaksakan kehendak, otoriter, dan bertindak semaunya. 

.

Termasuk dalam hal pendidikan. Juga 'cita-cita' terpendamnya. Bapak tidak sekalipun berpesan kepada saya untuk menghafalkan al-Quran. Namun bapak punya perhatian juga cinta yang besar akan al-Quran. 

.

Semenjak ada acara Hafiz Indonesia bisa dibilang bapak adalah salah satu penonton paling setia. Tak satu hari pun terlewat dari acara ini. Terkecuali ketika ada udzur, bepergian atau urusan lain. 

.

Saya sendiri bisa menyaksikan bapak selalu melihat itu mulai awal hingga akhir. Bahkan dalam episod episod yang terdapat peserta gugur, tak jarang bapak juga ikut terharu. Seakan anaknya sendiri yang akan tereliminasi. 

.

Disela-sela menonton itupula bapak kadang meroasting saya. 

.

"Ikulo cah cilik kok pintere ngunu" sambil menunjuk peserta yang sedang mendapatkan komentar dari dewan juri di layar televisi. 

.

Dan itu terjadi berulang kali. Berkali-kali bahkan ketika melihat bapak sedang menyaksikan acara tersebut, sengaja saya tidak lewat ruang tivi. Tapi . melipir lewat pintu sebelah agar tidak kena omongan.

.

Dari situ saya menangkap pesan lain yang (mungkin) ingin disampaikan. Yakni keinginan bapak anaknya menghafal Al-Quran. Waktu itu (jaman SMP)  saya mulai menyadari itu, dan mulai ada keingingan menuju hal tersebut. Kumulai dengan setoran Juz Amma pada Agus Husnul Yaqin bin KH. Ridwan pada pagi hari sebelum berangkat sekolah. Sebelumnya saya juga sudah punya celengan Juz 1 setoran pada ibunda beliau, Yakni Bu Nyai Hj. Marfuah. 

.

Hingga akhir kelas 3 SMP, saya memutuskan untuk jenjang selanjutnya, saya memilih untuk sekolah atau mondok dimanapun asal bisa menghafal.

.

Dalam proses survey pondok dan sekolah ini, saya menemukan indikasi lain yang menguatkan bahwa salah cita-cita bapak adalah ingin anaknya hafal al-Quran. Tanpa sepengathuan saya bapak sendiri merekomendasikan salah satu pesantren di Kudus Jawa Tengah. 

.

Singkat cerita saya gagal menunaikan misi itu. Saya gagal melanjutkan mimpinya. Saya berubah fikiran di tengah jalan. Tentu dengan alasan yang tidak akan saya sebut disini. 

.

Saat tersianya kabar kematian Syekh Ali Jaber, kondisi bapak sudah tidak sadarkan diri. Andai saja bapak mengetahui kabar ni, tentu bapaklah orang yang mungkin meneteskan air mata terdalam diantara kami. 

.

Satu hari setelah kewafatan Syekh Ali Jabar, belum ada tanda-tanda progress membaik. Hal yang membuat saya semakin khawatir. Beberapa pertanyaan sempat menggelontor di kepla. Namun, cepat-cepat aku singkirkan. Lebih baik fokus menangani bapak dengan usaha usaha medis. 

.

Jumat, 15 Januari 2021 bapak dibawa ke RSUD Ngimbang, 

.

Selasa, 19 Januari 2021 Bapak menghembuskan nafas terakhir. Menyusul sang tokoh Idola di alam kedamaian dengan waktu yang berdekatan.

.

***

.

Saya dan keluarga sudah mengikhlaskan sepenuhnya kepergian bapak. Karena kematian memanglah fitrah manusia. Semuanya hanya soal waktu. Dan mungkin Tuhan punya kehendak lain, kendati bapak tidak sempat mengucapkan selamat tinggal dan menangisi kepergiannya. Allah justru menemukannya lebih cepat dengan modal cinta.

.

Namun hingga saat ini pikiran itu belum juga hilang. Rasa bersalah, rasa kurang puas belum sempat mengukir senyum kebanggaan di wajah bapak. 

.

Ah tapi paling tidak sebelum ajal menjemputnya bapak sudah melihat gambaran mimpi itu diwajah sang cucu. Yang mungkin dialah nanti kelak yang akan membangun kembali mimpi itu. 

.

Dari sini saya kembali meyakini, kekuatan cinta akan menuntun pemiliknya menuju Sang pemilik segala Cinta. Sebagaimana saya meyakini Kalam Nabi, Al-Mar’u Ma’a Man Ahabb; Seorang pecinta akan selalu bersama yang dicinta.

.

Dan kepada siapapun yang membaca tulisan ini saya mohon keikhlasannya untuk sejenak mengirimkan al-fatihah untuk bapak.
Momen yang akan sangat
saya rindukan menikmati kopi
bersama bapak
Al-Fatihah. Terima kasih banyak teman teman

Posting Komentar

7 Komentar

  1. Saya menangis, mau baca nggk kuat. Karena saya yatim

    BalasHapus
  2. Semoga semua diampuni, amal-amal diterima dan dibalas dg fadlNya.
    Semangat kang Yazid, nek mboten sampean sinten maleh. ☺☺

    BalasHapus
  3. bu nyai marfuah zid klo mardhiyah adiknya

    BalasHapus
  4. Assalamualaikum warahmatullahi Wabarokatuh Dek,..Allahuakbar,. Alhamdulillah,..Selalu Bersyukur Apapun itu Kunci Utama.. Semoga kita semuanya menjadi Anak Yg Sholeh dan Sholehah bagi yg perempuan..Amin Amin Amin Yamujibah Syailin...Salah Satu Yg kita Banggakan masih Bisa merasakan Kasih sayang serta sempet melihat Kedua Orang Tua kita.... Tetap Semangat Yoo...Aku Adalah Salah Satu Anak yatim dari Kecil.. Alhamdulillah Allah SWT Selalu Menjaga dan Membimbing ku...Kita Hanya Selalu Bisa Mendo'akan...karena Alam yg berbeda ..ni wa aku Dek...081933824040 Monggo klo saling silaturahmi dalam alam Medsos... Alhamdulillah klo bisa di alam nyata...Salam Kaleh Ibu Enni, Mas Zaqisani, Sama Lek Khavit...Semoga Tetep Sehat Selalu njeh kita beserta keluarga kita semuanya.. Amin Amin Amin Yamujibah Syailin...

    BalasHapus