Hari Minggu kemarin (26/01) sejatinya saya berkeinginan untuk izin ke Jombang untuk belanja buku Perpustakaan. Kebetulan disana ada event Pameran Buku yang diselenggarakan oleh Forum Penerbit Jogja. Saya juga ingin bertemu dengan Gus Mul dan Mbak Kalis. Pasangan penulis suami istri idaman yang akhir-akhir ini saya ikuti tulisannya. Tapi belum bisa membeli bukunya hehe.
Mereka berdua mengisi forum diskusi yang masih satu
rangkaian dengan acara pameran Buku tersebut. Kalo Gus Mul atau Agus Mulyadi
mengisi : tuntunan Menulis ala Gus Mul. Sedangkan Mbak Kalis mengisi forum Diskusi
tentang bukunya sendiri; Muslimah yang diperdebatkan.
Saya sudah menghubungi teman-sebenarnya untuk menemani saya
ketika di Jombang nanti. Juga sudah menyiapkan agenda-agenda selama di Jombang.
Karena tau sendiri, Jombang adalah Kota Santri yang didalamnya banyak sekali
tempat-tempat yang wajib dikunjungi. Selain itu banyak juga kenangan-kenangan
bersamanya eh bebrapa teman yang
mesti didolani.
Tapi, memang kita semua punya keinginan dan rencana. Namun,
Allah lah yang berkuasa atas segala rencana keinginan itu.
La kok ndilalah pas hari itu, bersamaan dengan khataman
tafsir jalalain yang dibalah oleh
Romo Yai Munif Marzuqi. Maka dengan berat hati, rencana ke Jombang saya
batalkan.
Kaidahnya kan
Ø¥ِØ°َا
تَزَاØَÙ…َتِ الْÙ…َصَالِØُ Ù‚ُدِّÙ…َ اْلأَعْÙ„َÙ‰ Ù…ِÙ†ْÙ‡َا
Ketika ada dua kemaslahatan yang bertabrakan, maka dahulukan yang lebih utama.
Yah kapan lagi khataman tafsir jalalain, kalo saya tinggal
ke Jombang, masak harus nunggu 3 tahun lagi. Hadeeh.
Mengenai khataman ini saya punya beberapa catatan yang patut
untuk dikenang
Karomah Imam Suyuthi dan Imam Mahalli yang saya rasakan.
Kitab ini, merupakan salah satu kitab favorit saya. Selain,
bahasanya yang mudah dan familiar. Ketika mengajinkitab ini saya jarang sekali
mengantuk. Beda dengan Kitab Fathul Wahab yang mesti bekerja keras untuk
maknani. Satu melawan kantuk, juga harus menggaruk-garuk kepala tidak paham. Maklum
dalam kitab fathul wahab rujuk dzomir itu tidaklah selalu dekat dengan lafadz
sebelumnya. Melainkan bisa sampek jauh sejauh kamu dariku. Beberpa jumlah
atau frasa sebelumnya.
Nah kalau tafsir jalalain ini mudah sekali. Penyusunannya juga
sangat lugas.
Selain itu, kitab ini juga adalah kitab yang menyebabkan KH.
Abdullah Faqih terfutuh. Sebagaimana yang diceritakan beliau.
Nah makanya dalam mengaji ini saya usahakan tidak kosong. Saya
masih ingat ketika dulu harus pulang untuk lomba MTQ di Lamongan saya
bela-belain ngaji streaming di rumah.
Namun, di Bulan Ramadhan setelah saya mondok di Sarang, dan
kembali di Langitan. Maksud saya ingin mengikuti Pengajian Tafsir Jalalin oleh
KH. Ali Marzuqi yang kebetulan belum khatam.
Namun saya mendapat kabar duka.
Kitab kesayangan saya ini hilang. Aduh saya mencoba mencari-cari di kamar, di
Perpustakaan juga dirumah. Karena seingat saya kitab ini juga saya jadikan
referensi menyusun makalah di Lomba MTQ itu.
Tidak ada juga.
Akhirnya saya tetap ikut ngaji itu sampai khatam juz 15
dengan meminjam kitab teman kamar.
Sampai bulan syawal, ketika tahun ajaran baru kitab itu
belum ketemu. Saya memutuskan membeli baru. Dan terus mengirimkan fatihah pada
kedua pengarang kitab ini. Yakni Imam suyuthi dan Imam Mahalli.
Saya yakin, kalo beliau berdua pasti wali. Dan saya yakin
lantaran beliau kitab saya pasti kembali. La gimana ndak eman rek. Wong makanani
selama setahun hilang begitu saja ya eman.
Seperti keyakinan saya, ajaib. Pada bulan Dzulhijjah kitab
itu ketemu. Masih utuh. Yeei.
Namun tempat ketemunya tidak wajar. Di tengah
mushola, tepat di tiang belakang beliau mbalah mengajar kitab ini. Soalnya
tidak mungkin, la wong setiap Selasa dan Jumat Mushola ini selalu dibersihkan,
kitab-kitab yang berserakan pasti ditaruh digudang. La kok ndilalah ketemu
disini. Alhamdulillah,
Untuk itu disini, dalam rangka mensyukuri nikmat ketemu
kitab saya itu dan mensyukuri bisa khatam kitab ini. Saya nanti akan mencoba menulis
sedikit tentang Tafsir ini dan pengarangnya. Juga insyaAllah akan menulis
tentang Romo Yai KH. Munif Marzuqi. Rahimahumullah.
Kabeh Ono Dalile
Tidak seperti biasannya. Suasana khataman kali ini terasa begitu ramai. Hampir tidak ada celah didalam Musholla Agung Langitan. Beda dengan ketika pengajian biasa. yang sepi dan lengang. Entah apa yang mendorong mereka. Yang jelas satu semua ingin mendapat berkah dari khataman ini.
Saya sebenarnya ya sih biasa saja dengan fenomena semacam ini. bahkan saya anggap ini juga termasuk karomah para pengarang dan masyayekh. Bagaimana tidak, wong sebagian santri yang biasanya malas ngaji, la trus ketika khataman mereka datang kan sebuah prestasi. Beliau juga tidak mengajak. cukup dengan khataman itu mereka yang biasanya tidak pernah berangkat jadi berangkat. hehehe gak jelas ya biarin
Namun pas saya denger guyonan dari temen-temen pas khataman kemarin buat kau terpingjkel-pingkel. bagaimana tidak, pas sebagian temen gojlok sebagian lagi yang baru kelihatan pas khataman. Istilahnya santri khataman. Mereka malah ndalil.
Innamal a'malu bikhowatimiha -Kabeh perkoro iku karek akhire.
Mereka melanjutkan.
"kabeh ono dalile, masiho aku ngaji pembukaan tok yo ono dalile
Al-bidayah kan-nihayah- Permulaan iku wes minongko akhir
nek aku ngaji pertengahan tok yo ono dalile.
Khoirul Umuuri Ausatuha- Sakapik apike perkoro iku tengah-tengah"
Pikirku wes embuh embuh. Ono ae arek-arek
0 Komentar