Seni Dakwah Abi Ihya dan Jahula

Alhamdulilah liburan sya'ban kali ini lebih lama dari biasannya hehehe. Kuota ekstra ini karena adanya pelaksanaan pemilu serentak tanggal 17 kemarin . Sehingga kalo biasanya libur syaban 14 hari kini 21 hari. eleh eleh senangnya. Bukan hanya itu, ada lagi yang membuat hamba begitu senang di liburan kali ini. Yakni ada WA dari temen MMQ (Musabaqah Makalah Al-Qur'an) untuk mengikuti pembinaan dan seleksi MMQ tingkat provinsi yeyeyye —walaupun akhirnya nyerah kena revisi pak dosen. Tapi alhamdulilah pengalaman baru nugas kayak mahasiswa saya dapatkan. Dan yang tak kalah menggembirakan lagi adalah tawaran untuk mengikuti acara Multaqo Dai Nasional yang diselenggarakan oleh Yayasan Persyada Al Haramain pimpinan Abi KH. Ihya Ulumuddin.
Sebenarnya yang diundang secara resmi dalam acara tersebut adalah Jam'iyyah sholawat angkatan hamba  'Ahmada'. Namun, karena pengen ikut hadir dan pake banget. Oke lah dibela-belain nyepedah —karena gak kejatah elb. Dibela-belain ninggal pembinaan MMQ —karena emang udah gak layak jadi delegasi yang pada akhirnya nyesel karena belum ngambil insentif hehehe. Disamping itu tuan rumah acara tersebut bukan lain teman sendiri; Gus Muhammad bin KH. Abdullah Adlan. Jadi lumayan biaya makan ditanggung hehehe. Juga biaya udud shurya temen bisa lebih ringan wkwkw. Kalo hamba mah gak ngudud ya, walau udah nyoba berkali kali tapi emang gak lulus jadi pengudud sejati.


Oke Acara ini, merupakan pertemuan tahunan bagi seluruh elemen dakwah di bawah naungan Perserikatan Dakwah Haramain. Baik yang langsung bersentuhan dengan masyarakat atau bagian dakwah yang lain seperti Lazis (lembaga Amil Zakat Haramain) dan lain sebagainya. Itu merupakan pertemuannya yang ke-20. Hamba sendiri heran, ketika pertama kali tiba di lokasi acara, pemandangan yang pertama kali saya lihat adalah para pejuang dakwah yang begitu sejuk ketika memandangnya. Gaya berpakaian mereka khas murid Abuya yakni bergamis plus rompi ada yang tidak. Dilengkapi kopyah Malaysia. Kebanyakan mereka terlihat masih muda. Gaya berpakaian ini mencerminkan kepribadian para da'i yang cemerlang.
Terlepas dari semua itu, ada sosok besar yang begitu berjasa mengembangkan yayasan dakwah ini. Siapa lagi kalau bukan KH. Ihya Ulumuddin. Beliau ini adalah lulusan Langitan di bawah asuhan KH. Abdul Hadi Zahid dan KH. Abdullah Faqih kemudian meneruskan di Rushaifah di bawah bimbingan Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki.
Catatan penting dibalik perjalanan studi beliau adalah beliau merupakan cerminan santri yang patut ditiru. Menurut cerita yang masyhur pernah suatu ketika Abuya Sayyid Muhammad sedang berkunjung ke salah satu rumah beliau yang berada di Madinah. Sesampai disana Abuya ingin buang hajat. Lantas untuk memastikan kondisi WC rumah tersebut Abi Ihya langsung menuju WC. Alangkah terkejutnya ketika ternyata kondisinya sudah sangat kotor dan menjijikkan karena memang rumah tersebut lama tak dikunjungi. Tanpa ba-bi-bu kotoran —tai— itu langsung dibersihkan dengan tangan beliau tanpa alat bantu apapun. Mengetahui hal tersebut Abuya berkata :
"Barakallah fik.. Barakallah fiik... Barakallah fiik.."
Tak heran jika beliau menjadi murid kesayangan Abuya. Bahkan sampai kembali ke tanah air Abuya masih menaruh perhatian besar pada Abi Ihya . Terbukti pesantren Nurul Haramain di Pujon yang menjadi markas dakwah Abi Ihya itu didirikan atas isyarat dan pemberian  Abuya.
Dengan seiring waktu pancaran dakwah yayasan dan Pesantren beliau kini sudah hampir menyebar ke seluruh penjuru tanah air. Mulai ujung barat hingga ujung Timur pasti terdapat dai-dai binaan beliau. Salah satu kelebihan dari yayasan abi adalah jaringanya yang kuat. Para da'i tidak hanya dibekali dengan ilmu namun dibelakangnya disokong dengan dukungan ekonomi. Karena memang selain bergerak di bidang dakwah juga ekonominya jos. Misal sang da'i Ndak punya lahan tanah untuk mendukung usaha dakwahnya maka siap disokong finansial untuk membantunya.
Kembali ke acara. Karena hanya berstatus Muhibbin alias tamu tak diundang. Tentu hamba tidak akan punya akses masuk acara. Tapi berbekal pengalaman di pondok, dengan menyangklong kamera di tangan saya pun dengan pedenya 'macak' bagian dokumentasi. Hingga bisa sluman-slumun keliling acara sambil mendengarkan setiap pengisi acara Hehehe. Bahkan panitia resmi dari Malang sampai meminta hamba secara khusus memfoto Abi yang sedang membaca buku. Memang benar pepatah yang saya terima dari guru saya:
من صاحب شرفا صار مشرفا.
"Barang siapa yang bersama orang mulia dia akan menjadi mulia."
Alhamdulilah luberan berkah semakin hamba rasakan dengan kehadiran banyaknya ulama yang hadir. Seperti KH. Abdur Rouf Maimun putra dari KH. Maimoen Zubair, KH. Imam Mawardi, dan beberapa Profesor yang hamba lupa namanya.

Usai puas bermuwajjahah berfoto ria plus mendengar kan Dhawuh Dhawuh dari beliau hamba kembali kebelakang menemui Gus Muhammad karena dulu terlanjur janji untuk ikut membantu acara. Akhirnya hamba ikut korah-korah di belakang bersama para Jahula. Nanti hamba ceritakan di part II.

Posting Komentar

2 Komentar