Catatan akhir bersama Neng Elfi
Oleh : Yazid Fathoni
Pesonamu tak kenal jarak dan waktu, semua yang mengenalmu pastilah bergegas menemuimu, secepat, sedekat mungkin. Wajah-wajah penuh ambisi dan gairah selalu mengincarmu dimanapun, kapanpun walau semua menyangka tak mungkin. Kaulah pujaan dimata pecinta dan pemburu ilmu dengan cinta haqqul yaqin. 1002 rintangan yang kau berikan, itu sangat tak berarti. Toh mereka, masih punya sejuta semangat untuk menaklukanmu. Yang mereka camkan hanya janji manismu di awal taarufmu,
بوعد منجز .
بوعد منجز .
Berharap, ketika sudah berkalam denganmu kemudian i'rob atau tanda cinta itu muncul melalui ma'rifatku. Kita sudah mulai bisa memulai membangun keharmonisan hubungan seperti mubtada yang selalu membutuhkan khobar. Begitu sebaliknya khobar tak akan berarti bila tiada mubtada tidak ada disampingnya. Walau terkadang terdapat amil nawasikh/pengganggu yang mengganggu، kita selalu punya qorinah yang dapat menyelesaikan.
Neng, Aku sadar, aku dan mereka adalah orang asing bagimu, juga bagi bahasa arab —bahasamu. Tapi aku yakin keasingan menjadi tak berarti bila ada cinta didadamu.
Akupun sadar, Andalusia itu kotamu. Dengan peradaban besar yang tercatat dalam sejarahmu. Tak ada secuilpun bandinganya dengan kotaku, hanya kota kecil berdebu. Tapi apakah salah jika kutambatkan cintaku hanya padamu.
***
Hehehe lumayan lebay ya?樂 Ya begitulah kurang lebih contoh teman-teman ketika mengekspresikan kecintaanya dengan kitab al-Khulasoh atau yabg lebih masyhur dengan kitab Alfiyah ibnu Malik ini. Bahkan sebagian teman, buku catatannya selalu penuh dengan coretan statusnya yang selalu up to date. Hehe makanya jangan heran jika ada santri sangat romantis dan puitis, karena memang mereka terbiasa melakukan hal tersebut. Tapi bukan pada wanita ya hehe.
Itu semua bukan tanpa alasan, memang kami semua diajari untuk belajar dengan landasan cinta. Aku masih begitu ingat ketika Syaikhina KH. Abdurrohman Faqih memberikan suntikan semangat kepada kami. Beliau menggambarkan bahwa dalam menghafal dan memahami alfiyah itu bayangkan seperti kamu mencintai seseorang yang sangat cantik dan kamu cintai. Karena, tentu kamu setiap saat, setiap waktu tak akan mau berpisah denganya. Dimanapun kamu pasti membawa nadzommu, karena kamu cinta.
Yah begitulah filosofi yang kami terima dari guru kami. Filosofi mahabbah. Ada sebuah maqolah
من اØب شيأ كثر ذكره
Barang siapa yanh mencintai sesuatu pasti sering menyebutnya.
من اØب شيأ كثر ذكره
Barang siapa yanh mencintai sesuatu pasti sering menyebutnya.
**
Masa penuh Cobaan
Ada mitos yang beredar di kalangan kami, bahwa belajar alfiyah itu pasti banyak cobaanya. Kalo gak wanita, sakit, masalah finansial dan masalah lainnya. Apalagi pas bab jamak taksir atau istighol. Wuuih jangan tanya kenyataanya. Taksir artinya pecah bisa dibayangin kaya apa. Sehingga teman-teman ketika nyampe bab jamak taksir ada yang mengadakan mayoran/bancaan untuk berdoa pada Allah.
Ada mitos yang beredar di kalangan kami, bahwa belajar alfiyah itu pasti banyak cobaanya. Kalo gak wanita, sakit, masalah finansial dan masalah lainnya. Apalagi pas bab jamak taksir atau istighol. Wuuih jangan tanya kenyataanya. Taksir artinya pecah bisa dibayangin kaya apa. Sehingga teman-teman ketika nyampe bab jamak taksir ada yang mengadakan mayoran/bancaan untuk berdoa pada Allah.
Tapi Alhamdulillah selama jamak taksir justru itu adalah momentum kebangkitan saya hehehe. Kalo kebanyakan teman mengartikan jamak taksir sebagai klimaks dari masalah atau perpecahan. Jamak taksir kumaknai sebagai jama' (mengumpulkan) taksir (sesuatu yang pecah). Jadi pas jamak taksir merupakan awal dari kebanhkitanku hehehe. Soale ujiane udah dari sebelum itu, karena mulai awal kelas 6 aku menderita sakit TBC yang lumayan mengganggu belajarku. 2 minggu sekali harus check up di Lamongan. Dan lumayan ketinggalan banyak pelajaran.
Kalo wanita, emmm yalah tak akui. Temenku bilang
"Alfiyah iku akhire ono tak ta'nitse, dadi cobane yo wong wedok"
Kanjeng nabi kan pernah dhawuh wanita memang Øبل من Øبائل الشياطين jaring dari jaring-jaring penjeratnya syetan, jadi maklumlah kalo diuji perempuan. udah gede lah ya masak mau baper. Lagian di pondok juga gak ada hape jadi ya enggak terlalu lah aman pak eko . cuman kadang aja pas liburan stalking stalking gitu. Wes
Sempat juga harus bajak/kalong (gak mukim di pondok) karena kedua orang tua sakit sehingga harus merawat keduanya. Semoga kedua orangtuaku terus diberi kesehatan oleh Allah aamiin.
Dan puncaknya ketika sudah ndak kerasan lagi, rasanya udah mau boyong aja. Apalagi masih ngurusin Buku Kenangan angkatan yang lumayan buatku tambah esmosi dan pengen boyong pada waktu itu.
Dan puncaknya ketika sudah ndak kerasan lagi, rasanya udah mau boyong aja. Apalagi masih ngurusin Buku Kenangan angkatan yang lumayan buatku tambah esmosi dan pengen boyong pada waktu itu.
Tapi setelah dijalani alahmdulillah, sekarang bisa mensyukurinya. Kesempatan Mondok tentu bukan hal biasa, itu semua merupakan fadhol Allah yang diberikan pada tidak sembarang orang. Hanya pada hamba-hamba pilihannya. Apalagi di pondok salaf seperti Langitan ini. Alhamdulillah
Namun itu semua akhirnya bisa dilewati. Itu semua ya ujian dari Allah toh memang manusia itu yanuntuk diuji seberapa keimanannya, seberapa kesabarannya.
"Tak ada nahkoda hebat yang lahir dari samudera yang tenang."
Penuh Kenangan
0 Komentar