Di pesantren tempatku belajar;
Langitan. Untuk mendapat update informasi
terkini sngatlah sulit. Koran di pondok yang disediakan oleh pengurus hanyalah Koran
Duta Masyarakat yang menurut sebagian santri “membosankan”. Itu pula yang
kurasakan, hingga demi bisa membaca Koran Jawa Pos aku pun harus berpura-pura
ijin pada keamanan untuk pergi Widang. Dan yang aku tuju tentu Toko Bangunan “Fajar”
milik Yai Muh atau ke Tukang cukur
berbaur dengan orang yang akan cukur dan dengan malu-malu minta ijin pada
pemiliknya, “Ngapunten pak, numpang baca Koran”. Dan seperti biasa dengan ramah
pemilik toko atau tukang cukur itu meniyakan. Karena sudah sering melihatku
begitu.
Tapi dengan keterbatasan itu, aku
mencoba mensyukuri semua itu. Toh pengurus pondok memberlakukan hanya koran Duta
Masyarakat bertujuan baik, selain agar menjaga pola pikir santri dari
pemikirian luar. Jua melindungi dari memandang ajnabiy yang terkadang juga sampe membuka auratnya. Lagian, konten
Koran Duta Masyarakat sangatlah religis dan lumayan mendidik. Dan itu tidaklah
kusia-siakan, sehingga kalu ada informasi, atau pengetahuan baru maka kalau
sempat kutulis dlam catatan. Seperti Rufaidah ini. Entah apa yang mendorongku
untuk mencatat ini tapi dari pada nganggur mending dibagikan siapa tahu ada
yang dapat manfaat dari ini.
Sekilas, dari sekian
banyak kisah pada zaman Rasulullah SAW. Sangat sedikit sekali terdapat kisah
perempuan didalamnya begitu juga peran kehidupan yang digambarkan. Seolah tak
ada satu pun tokoh perempuan yang punya peran penting dalam Islam. Faktanya
tidaklah demikian.
Dalam
catatan sejarah ada seorang Muslimah cerdas pada zaman Rasulullah yang punya
kontribusi besar pada islam waktu itu. Dia adalah Rufaidah binti Sa’ad al-Bani
Aslam al-Khazraj Muslimah asal Yastrib (Madinah) ini adalah pendiri rumah sakit
dan palang merah pertama pada masa Nabi Muhammad SAW.
Rufaidah
mempelajari Ilmu keperawatan saat membantu ayahnya yang juga seorang dokter.
Ketika kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan dirinya merawat kaum
muslimin yang sakit dan membangun tenda di luar masjid Nabawi.
Sebagai
seorang Muslimah, di juga bahkan tetap mengabdikan dirinya menjadi perawat
ketika Orang-orang Islam berperang, dimana pasti membutuhkan seorang dokter
atau perawat sebagai tenaga medis pertolongan pertama. Saat perang badar, Uhud
dan Khandaq perempuan yang masuk golongan Anshor ini aktif merawat dan memberi
pengobatan pada pasukan muslim yang terluka. Rufaidah juga mendirikan rmah
sakit darurat sehingga ia begitu dikenal saat perang. Rasululllah SAW bahkan
memerintahkan para korban terluka untuk meminta bantuan kepadannya.
Selain
itu Rufaidah juga melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat. Lalu,
dalam perang khaibar, mereka meminta izin kepada Rasaulullah SAW untuk ikut
serta di baris belakang pertempuran untuk merawat pasukan yang terluka.
Rasulullah memberi izin sehingga kehadiran mereka dalam perang menjadi awal
mula dunia medis dan keperawatan dalam Islam.
Selain
merawat orang-orang yang sakit dan terluka, rufaidah juga memberikan perhatian
kepada anak yatim dan penderita gangguan jiwa. Ia dikenal memiliki kepribadian luhur
dn empati tinggi sehingga selalu mengedepankan aspek kemanusiaan saat merawat
pasiennya.
Sumber: “Empowerment and Health: An genda for Nurses in the
21st Century” –Prof. Dr. Omar hasan Kasule Dipresentasikan dalam
Konferensi keperawatan ke-3 di Brunei Darussalam
Koran Duta Masyarakat, Minggu, 12 Maret 2017
*Yazidfat
0 Komentar