·
Semua perayaan itu induke adalalah perayaan maulid
nabi, tanpa kelahiran Nabi Muhammad tidak ada peringatan nuzulul qur’an, isro’
Mi’roj, idul fitri, idul adha apalagi haul dan lain sebagainya.
Pict : Agus. H. Habibullah Sholeh saat deklarasi Ahmada |
· Kita harus bangga dan bersyukur ketika memasuki
bulan Rabiul awal ini. Jangankan orang Islam orang non muslim yang bangga dan
senang terhadap maulid saja mendapatkan manfaat apalagi kita. Dalilnya : Abu
lahab yang dilaknat di Quran itu setiap hari senin mendapat keringanan siksa. Sebab bahagia dengan
lahirnya nabi
·
Nabi muhammad mencintai kita sebelum kita
mencintai beliau. Bahkan sebelum meninggal yang diingat adalah umatnya. Bukan
istrinya, bukan cucunya Hasan-husen.
·
Kok tegone, ketika urip kanjeng nabi nangis
mengingat kita. Ketika wafat pun kanjeng nabi dibuat nangis oleh perbuatan kita. Betapa tegone kita.
Biarkan nabi nangis ketika hidup karena rindu dengan kita. Sekarang kita buat
kanjeng nabi bangga dan bahagia.
Habib Ahmad bin umar bin
Smith :
أشد ما يحب قلب النبي الدعوة الى الله
“hal yang paling membuat bangga hati
rasulullah adalah dakwah”
·
Jangan bosen dengan usaha. Allah
gak bakal nyiak-nyiakno amal kito. Nek kito tenanan, masiho ketoke gak hasil. Tapi
gusti Allah gak bakal lali
·
Samiyan liburan tak peseni ojo
lali ngiwangi wong tuwo.
Room yai pesen: “ojo dulin sek, sedurunge sowan nang wong tuwo”
KISAH AJAIB DOA IBU
Ada seorang anak di Jakarta. Dia dibesarkan di keluarga santri. Bapak-ibunya seorang tokoh masyarakat. Namun, kebetulan
mereka diuji dengan anaknya yang nakalnya minta ampun.
Bahkan ia menjadi ‘pengguna’ narkoba. Mengetahui hal itu tentu kedua
orang tuanya sangat sedih dan berniat mengadukannya pada salah seorang kiai.
“Pak yai niki anak kulo niki make narkoba, dospundi?”
“nggeh pun buk seng sabar, pokoe didungakno, pokoe usaha seng
tenanan. Pokoe nek samean usaha tenanan Allah gak bakal nyiak-nyiakno”
Setelah pulang dari yai tersebut sang ibu langsung mendoakan sang anak
sesuai perintah sang kiai.
Namun bukan malah mendapat berita gembira, justru ia mendengar anaknya
masuk penjara. Bertambahlah kesedihan Ibu tadi.
Lantas ia berniat sowan lagi untuk mendapat
“dospundi yai, jenengan printah dungo niki malah masuk penjara”
“wes to mantep mbek janjine gusti Allah. Dungakno maneh!”
perintah yai tegas.
Akhirnya sang Ibu kembali mendoakan anaknya tadi agar segera bertaubat.
hingga ia keluar dari penjara. Namun tak berselang lama sang ibu mendapatkan
lagi bahwa anak kesayanganya kembalai berurusan dengan pihak berwajib. Dengan masalah
yang sama. Narkoba.
Hadeeeh
Sang ibu putus asa, sudah berkali-kali ia mendoakan sang anak. Tapi tak
ada perubahan juga. Berangkatlah ia sowan kepada yai. Hendak memprotes. Bagaimana
bisa tidak hasil doa yang selama ini yai perintahkan.
Namun jawaban yai sama.
“Mpon to mantep kaleh janjine Allah. Gusti Allah iku laa yukhliful
miiad. Urusan gusti Allah ngijabahi kapan iku urusane gusti Allah. Pokoe kewajibane
kito mung doa.”
Mendengar ini sang ibu kembali mantep untuk bersungguh-sungguh mendoakan
kebaikan anaknya. Setiap setelah sholat ia doakan. Dimanapun, kapanpun ia
doakan. Pokoknya ia sangat berharap anak kesayanganya menjadi lebih baik.
Suatu hari, dari rumahnya ia mendengar suara yang tak asing baginya. Namun,
ia janggal satu hal. Suara itu berasal dari mushola depan rumahnya. Bukannya
suara itu adalah suara yang selalu menentangnya. Suara yang selalau acuh
terhadap nasihatnya. Namun kini suara itu menjadi imam sholat. Yang membuat ia
terheran lagi adalah surat yang dibaca bukanlah juz amma. Entah juz berapa ia
sendiri tidak tahu. Tapi bagaimana bisa anak itu membacanya.
Tanpa piker panjang ia langsung keluar rumah untuk memastikannya. Benar
saja, setelah ia lihat memang itu anaknya. Anaknya yang pecandu narkoba. Benar tidak
salah lagi. Dipeluklah sang anak dengan penuh kerinduan. Kemudian ia
menanyakan.
“nak, kamu tadi yang ngimami di mushola?”
“ya buk”
“apa yang kamu baca tadi nak?”
‘juz 28 bu”
“loh kamu hafal al-quran nak? Kapan kamu menghafal? Bukankah kamu
dipenjara?.”
“ya bu saya ketika masuk penjara ke-2 saya bersama orang DEPAG yang
kebetulan hafal quran jadi saya ikut menghafalkan ”
Jadi barokahe doanya ibu yang tiada henti. Sekarang anak tersebut punya
pondok santrinya ratusan bahkan ribuan.
**
·
ojo isin jalok dungo nang
wong tuwo.
·
Ojo sampe boso karo tukang
bakso tapi gak boso karo wong tuwo
·
Habib salim as-syatiri: “Dungone
wong tuo ngungkuli dungone 80 wali”
·
Ada maqolah :
دعاء الوالد لولده كدعاء النبي لأمته
“Doa orang tua kepada anaknya itu seperti doa nabi pada umatnya”
·
Dzikrus sholihin saja
menurunkan rohmat apalagi dzkru sayyidis sholihin.
1 Komentar
Mantap bose
BalasHapus